kaisar Macedonia yang terkenal dan memiliki banyak daerah jajahan, suatu ketika menangkap seorang perompak. Sang Kaisar lalu bertanya, “Kenapa engkau membuat teror di lautan?” Perompak itu balik bertanya, “Kenapa engkau membuat kekacauan di dunia? Hanya karena aku menggunakan sebuah kapal kecil, engkau menyebutku teroris; sedangkan engkau; karena engkau memakai kapal yang besar engkau menyebut dirimu seorang kaisar.”kata seorang perompak laut di Mediterania, saat ditangkap oleh tentara laut, Alexander Agung, kaisar Macedonia.
Jika kita logikakan dengan apa yang terjadi sekarang adalah sama, definisi teroris adalah mereka yang pakai senjata jadul AK 47, main bom, bom karbitan, berjenggot, agamanya Islam, meneriakan Jihad.
Sedangkan mereka yang memakai pesawat tempur, memakai senjata-senjata canggih, bom-bom mutakhir, rudal, tank-tank canggih, membunuh dengan seenaknya, menangkapi orang tanpa pandang bulu, menyiksa, melecehkan, menggunakan perusahaan multinasionalnya untuk menjajah negara-negara miskin, merampok Sumber Daya Alamnya, dan membiarkan rakyatnya mati kelaparan, itu adalah Malaikat.
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, dengan asal tuduh Densus cap 16 obat sakit kepala para koruptor sejak 2003 yang terpercaya, wah panjang banget namanya, main asal tangkap, asal tembak, walaupun yang ditangkap, ditembak mati ternyata hanyalah orang-orang yang tidak tahu apa-apa, bahkan jangankan teroris suruh membunuh semut aja gak tega.
Sebagai contoh Penembakkan terhadap tersangka terorisme juga mengindikasikan satuan antiteror telah melakukan extra judicial killing. Padahal keluarga dan orang dekat lalu membantah bahwa tersangka tidak terkait dengan terorisme. Salah satu korban tewas di tangan Densus 88, yang bernama Yuki Wantoro, dibantah keluarga bukanlah pelaku perampokan Bank CIMB.
Demikian juga bagi Mereka yang mengalami salah tangkap juga mengalami derita saat kembali ke masyarakat. Korban mengalami pengucilan, dicurigai sampai kehilangan pekerjaan. Sementara itu mereka tidak mendapatkan proses rehabilitasi nama atau kompensasi
Kampanye war on terror juga menimbulkan persoalan baru bagi masyarakat. Yakni timbulnya keretakan sosial di tengah-tengah masyarakat. Muncul sikap saling curiga, pengucilan bahkan pengusiran kepada orang-orang yang rajin ibadah dan aktif dalam keislaman. Apalagi kepada kelompok Islam yang kritis terhadap pemerintah, kecurigaan dan ketakutan itu bertambah lagi. Ada kecurigaan kampanye war on terror ini juga untuk membungkam kelompok Islam yang vokal dan kritis terhadap pemerintah. Apalagi sekarang wacana terorisme sudah masuk ke isu ‘penegakkan syariat Islam’. Sepertinya hendak dibangun opini bahwa kelompok yang berjuang menegakkan syariat Islam adalah teroris atau link-nya teroris. Alih-alih menciptakan ketentraman, kampanye war on terror malah menciptakan keresahan sosial.
Begitu juga dengan beberapa media massa
Ada sebuah stasiun televisi yang memberitakan kasus Terorisme dengan serampangan, asal liput dan tidak memperhatikan fakta samasekali. Akhirnya yang terjadi adalah reality show. Atau memang sengaja dibayar untuk melakukan seperti itu???
Bila terorisme membunuh orang yang dianggap lawan karena alasan ideologi yang diyakininya, operasi antiteror di seluruh dunia yang digerakkan Amerika Serikat juga membunuh orang dengan alasan memerangi terorisme. Di antara korban yang berjatuhan dari dua serangan tersebut ada juga sebenarnya warga tidak berdosa. Seperti kata pepatah, dua gajah bertikai, pelanduk mati di tengah-tengah. Jadi, kalau begitu sebenarnya perlu dipikirkan lagi operasi war on terror itu mudlarat atau maslahat bagi masyarakat?
Saatnya kita kembali pada agama kita agama Islam, agama yang akan membangkitkan kita dari keterpurukan, agama yang akan membasmi Teroris sebenarnya, yaitu Amerika, Israel dan antek-anteknya.
Hanya dengan Syariat dan Khilafah kita akan Berjaya. Allahu Akbar.
disadur dari mediaislam.net
0 komentar:
Posting Komentar